
Selasa, 30 September 2008
Senin, 29 September 2008
Minggu, 28 September 2008
Pendidikan Kesenian Jangan Dianggap Remeh

Kegiatan belajar di sekolah hendaknya mempertahankan pendidikan kesenian dalam berbagai jenisnya. Kesenian memengaruhi kehalusan rasa peserta didik di tengah proses belajarnya.
"Kesenian menggugah dan membentuk rasa dan nurani siswa. Jangan pisahkan dari pendidikan di sekolah," kata Direktur SMA Kolese Kanisius Jakarta Romo E Baskoro Poedjinoegroho di sela-sela Canisius Education Fair 2008 bertema First Step for Your Future di Jakarta, Sabtu (13/9/2008).
Hal senada diungkapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Wardiyatmo. Untuk menjadi manusia unggul di era modern seperti sekarang, seseorang tidak cukup hanya dengan mengandalkan semata-mata kemampuan otaknya. Setidaknya, harus melibatkan tiga kompetensi, yakni penguasaan ilmu pengetahuan alam dan teknologi (iptek), agama, dan seni budaya.
Hidup lebih mudah
Ilmu pengetahuan alam dan teknologi membuat hidup lebih mudah, agama memberi arah hidup, sedangkan seni budaya memberi rasa indah. "Semua manusia pada dasarnya ingin hidup lebih baik. Namun, juga ingin ketenangan, menjauhi kekerasan, dan kebersamaan. Seni budaya penting dalam hal ini," katanya.
Romo Baskoro mengatakan, pendidikan kesenian menjadi kegiatan wajib di SMA Kanisius dan ada angka penilaiannya. "Yang penting siswa dapat terlibat dalam berkesenian, tidak harus menjadi mahir," ujarnya. Proses belajar tanpa berkesenian dalam berbagai jenisnya, di antaranya akan membuat rasa belajar kering. Siswa pun menjadi pribadi yang lemah dalam apresiasi dan ekspresi.
Secara khusus, manifestasi berkesenian ditampilkan secara kolosal pada pembukaan pameran dua hari itu. Selain orkestra siswa, lebih dari 550 siswa dan guru bergabung menari kecak di tengah lapangan sepak bola sekitar 20 menit. Penampilan itu bersanding dengan pameran pendidikan yang diikuti 66 perguruan tinggi dari dalam dan luar negeri. Pengunjung dari Kanisius maupun sekolah lain gratis berkonsultasi atau menjajaki pilihan kuliah.
Selain perguruan tinggi swasta dalam negeri, beberapa perguruan tinggi luar negeri ikut serta, seperti dari Singapura, Malaysia, Australia, Selandia Baru, Belanda, Jepang, dan Korea.
Sejumlah presentasi pengenalan berbagai jurusan juga digelar selama dua hari, Sabtu (13/9/2008) dan Minggu (14/9/2008). "Kami berharap presentasi itu memberi informasi yang jujur dan tepat sehingga siswa mampu menimbang dengan jernih pilihan masa depannya," kata Romo Baskoro.
KOMPAS, 15 September 2008
Langganan:
Postingan (Atom)